Rintangan Meningkat Saat Kesepakatan Dagang Sementara India-AS Dihantui Tekanan Tenggat Waktu

kemungkinan penerapan tarif AS sebesar 26% terhadap impor dari India. Menurut pejabat senior pemerintah India

Rintangan Meningkat Saat Kesepakatan Dagang Sementara India-AS Dihantui Tekanan Tenggat Waktu

Kebuntuan Terkait Tarif Pertanian dan Industri

Harapan akan tercapainya resolusi cepat dalam perjanjian dagang antara India dan Amerika Serikat semakin memudar seiring mendekatnya tenggat waktu 1 Agustus, yang dikaitkan dengan kemungkinan penerapan tarif AS sebesar 26% terhadap impor dari India. Menurut pejabat senior pemerintah India, putaran kelima negosiasi yang baru saja selesai di Washington belum membuahkan hasil. Titik utama perdebatan terletak pada tuntutan AS untuk mendapatkan akses yang lebih luas ke pasar pertanian dan produk susu India yang selama ini sangat dilindungi dan dianggap terlalu sensitif secara politik di New Delhi.

Sebaliknya, India mendesak agar tarif tinggi AS atas ekspor baja, aluminium, dan mobil dari India dicabut. Namun, Washington enggan memberikan konsesi tanpa imbal balik berupa akses ke sektor pertanian India. Akibatnya, negosiasi kini difokuskan pada kemungkinan menunda isu-isu paling kontroversial ke tahap kedua setelah kesepakatan awal dicapai.

Politik Domestik dan Sektor Sensitif

Keengganan India untuk membuka sektor pertanian dan produk susunya didasari oleh pertimbangan politik dan sosial ekonomi. Kedua sektor ini melibatkan mata pencaharian petani kecil dan koperasi lokal yang memiliki pengaruh politik cukup besar. Setiap persepsi tentang campur tangan asing, terutama dari perusahaan agribisnis besar asal Amerika, dapat memicu keresahan domestik dan reaksi negatif di pemilu.

Sementara itu, para eksportir India di sektor seperti perhiasan dan batu mulia tengah bersiap menghadapi potensi gangguan. Jika tarif 26% benar diberlakukan, daya saing harga mereka di pasar AS bisa menurun drastis. Ajay Sahai dari Federasi Organisasi Ekspor India mencatat bahwa dampaknya mungkin bersifat sementara, mengingat kedua negara tetap berniat untuk mencapai kesepakatan jangka panjang.

Tenggat Waktu, Delegasi, dan Diplomasi

Meskipun kemajuan masih terhambat, pejabat India tetap optimis. Delegasi AS lainnya dijadwalkan akan segera mengunjungi New Delhi untuk melanjutkan pembahasan. Namun, tanpa adanya pemberitahuan resmi dari AS tentang penerapan tarif — berbeda dengan lebih dari 20 negara lain yang telah menerima surat serupa — New Delhi saat ini berada dalam pola tunggu yang strategis. Ketidakpastian ini memang menegangkan, namun juga membuka peluang bagi manuver diplomatik di saat-saat terakhir.

Pernyataan terbaru Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, semakin memperumit situasi. Ia menekankan bahwa kualitas kesepakatan lebih penting daripada tenggat waktu, namun juga menegaskan bahwa setiap perpanjangan dari batas waktu 1 Agustus akan bergantung pada keputusan Presiden Trump.

Menatap ke Depan: Kemungkinan Kesepakatan Lebih Luas

Meskipun kesepakatan sementara tampaknya sulit tercapai sebelum 1 Agustus, pejabat dari kedua negara tetap berhati-hati namun optimis bahwa perjanjian yang lebih luas dan komprehensif bisa tercapai pada September atau Oktober. Jadwal ini sejalan dengan kerangka kerja yang dibahas selama KTT Perdana Menteri Modi dengan Presiden Trump pada Februari lalu.

Jika kedua negara berhasil menyingkirkan isu-isu paling sensitif dan membangun kesepakatan di sektor yang kurang kontroversial seperti perdagangan digital, fasilitasi investasi, atau jasa, maka perjanjian yang lebih luas masih mungkin terjadi. Hingga saat itu, risiko tarif baru masih membayangi ekspor India — sebuah pengingat nyata bagaimana kebijakan domestik yang sensitif dapat berbenturan dengan prioritas perdagangan luar negeri dalam negosiasi geopolitik yang kompleks.

Sumber: Reuters

Share

What's Your Reaction?

Like Like 1
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0